Guru Sekumpul adalah sebutan akrab buat Al-Allamah Kh. Zaini Ghani, yaitu seorang ulama kharismatik Kalimantan Selatan, dilahirkan pada 25 Muharram 1361 H (11 Februari 1942 M) dan wafat 5 Rajab 1426 H (10 Agustus 2005). Beilau sering disebut-sebut sebagai Habib keturunan Rasulullah, padahal beliau sendiri tidak pernah menambahkan dibelakang
nama beliau dengan fam tertentu. Lalu darimana isyu tersebut?, mari kita telusuri nasab beliau.
K H. Muhammad Zaini
Abdul Ghani
H Abdul Manaf
Muhammad Seman
H M. Sa’ad
H. Abdullah
Mufti H. M. Khalid
Khalifah H. Hasanuddin
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Sampai disini, tidak ada perbedaan karena memang diingat, dicatat, dan dijaga dengan baik oleh Guru Sekumpul serta keluarga beliau. Perbedaan terjadi ketika kita meneliti nasab dari Sekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang merupakan tokoh Islam terbesar di bumi Banjar.
Ada beberapa versi catatan nasab Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ada yang mengatakan lima versi, namun yang saya temukan hanya dua dan itupun masih dalam versi yang sama karena yang kedua tidak jauh beda dengan yang pertama, hanya ketinggalan 2 orang, mungkin kesalahan penyalinan saja.
Pertama, catatan dari 3 kitab, yaitu: Syajaratul Arsyadiyah, Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, dan Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari. Yaitu sebagai beikut:
Muhammad Arsyad Al Banjari
Abdullah
Abu Bakar
Sultan Abdurrasyid Mindanao
Abdullah
Abu Bakar Al Hindi
Ahmad Ash Shalaibiyyah
Husein
Abdullah
Syaikh
Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus)
Abu Bakar As Sakran
Abdurrahman As Saqaf
Muhammad Maula Dawilah
Ali Maula Ad Dark
Alwi Al Ghoyyur
Muhammad Al Faqih Muqaddam
Ali Faqih Nuruddin
Muhammad Shahib Mirbath
Ali Khaliqul Qassam
Alwi
Muhammad Maula Shama’ah
Alawi Abi Sadah
Ubaidillah
Imam Ahmad Al Muhajir
Imam Isa Ar Rumi
Al Imam Muhammad An Naqib
Al Imam Ali Uraidhy
Al Imam Ja’far As Shadiq
Al Imam Muhammad Al Baqir
Al Imam Ali Zainal Abidin
Al Imam Sayyidina Husein
Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra
Rasulullah SAW[1]
Kedua, terdapat pada kitab yang dikarang oleh seseorang tanpa nama dengan judul Silsilah Siti Fatimah, sebagai berikut:
Muhammad Arsyad Al Banjari
Abdullah
Abu Bakar
Abdurrasyid
Abdullah al-Idrus al-Magribi
Abu Bakar al-Hindi
Ahmad
Husin
Abdullah
Syaikh
Abdullah Al-Idrus
Abu Bakar as-Sakrani
Abdurrahman as-Saqafi
Maulana Ad-Duwailah
Ali
Alwi
al-Faqih al-Muqaddam Muhammad
Ali Khala Qasim
Alwi
Muhammad
Alwi
Abdullah
Ahmad al-Muhajir lillah
Isa an-Naqib
Muhammad an-Naqib
Ali al-Arid
Ja’far as-Sadiq
Muhammad al-Baqir
Ali Zainal Abidin
Sayyidina Husin
Sayyidina Ali dan Sayyidina Fatimah az-Zahra
Sayyidina Muhammad SAW.[2]
Kedua versi silsilah/nasab diatas sama saja, hanya saja pada silsilah kedua ada yang terlewatkan dan saya tidak tahu apakah itu kesalahan M. Rusydi yang menyalin atau memang dari kitab Silsilah Siti Fatimah-nya. Pada catatan nasab yang kedua tidak ada Ali Faqih Nuruddin dan Muhammad Shahib Mirbath yang pada nasab pertama berada di nomor 18 dan 19.
Perbedaan lainnya terdapat pada penulisan nama. Ada dua nama yang berbeda namun orang tua (bin)nya sama, yaitu Ubaidillah Bin Ahmad Al Muhajir dan Isa Arrumi Bin Muhammad Annaqib
Pada catatan nasab pertama tertulis Ubaidillah (nomor 24) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Abdullah (nomor 22)
Pada catatan nasab pertama tertulis Isa Arrumi (nomor 26) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Isa an-Naqib (nomor 24)
Saya tidak bisa mengetahui secara pasti apakah kedua nama itu orang yang sama, hanya kekeliruan penulisan saja atau memang orang yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan pada catatan nasab tersebut mungkin hanya kesalahan penyalinan saja, yang jelas kedua nasab tersebut membenarkan bahwa Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang keturunan Rasulullah, yang secara otomatis menyatakan bahwa yang mulia Guru Sekumpul juga seorang habib ber fam Al-Idrus (Al-Aydrus).
Lalu mengapa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari tidak menyertakan fam Al-Idrus (Al-Aydrus) dibelakang nama beliau?. Keterangan yang saya dengar langsung dari Guru Sekumpul dalam pengajian beliau, bahwa penyembunyian Nasab itu bertujuan untuk menghindari penjajah Belanda yang katanya pada waktu itu mengincar setiap orang yang didirinya mengalir darah Rasulullah.
sumber dukumen bacaan
[1] (1). Syajaratul Arsyadiyah, Mathba’ah Ahmadiyah Singapura,
oleh Abd Rahman Shiddiq (Tuan Guru Sapat, Mufti Kesultanan Indragiri) Cetakan I. Tahun 1356 H. (2). Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, oleh Abdullah Hj W. Moh. Shagir, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Tahun 1990. (3). Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari, oleh Abu Daudi, Dalam Pagar, Martapura. Cetakan Tahun 1980, 1996, dan 2003. — Saya tidak membaca langsung dari ketiga kitab tersebut, hanya menyalin dari Wikipedia —
[2] Tanpa Nama, Silsilah Siti Fatimah (Salatiga: tanpa penerbit, 1992) 1. Dalam “THE INFLUENCE OF MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI ON THE RELIGIOSITY OF BANJARESE SOCIETY” oleh M. Rusydi (Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
sumber :putra blog martapura
K H. Muhammad Zaini
Abdul Ghani
H Abdul Manaf
Muhammad Seman
H M. Sa’ad
H. Abdullah
Mufti H. M. Khalid
Khalifah H. Hasanuddin
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
Sampai disini, tidak ada perbedaan karena memang diingat, dicatat, dan dijaga dengan baik oleh Guru Sekumpul serta keluarga beliau. Perbedaan terjadi ketika kita meneliti nasab dari Sekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang merupakan tokoh Islam terbesar di bumi Banjar.
Ada beberapa versi catatan nasab Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ada yang mengatakan lima versi, namun yang saya temukan hanya dua dan itupun masih dalam versi yang sama karena yang kedua tidak jauh beda dengan yang pertama, hanya ketinggalan 2 orang, mungkin kesalahan penyalinan saja.
Pertama, catatan dari 3 kitab, yaitu: Syajaratul Arsyadiyah, Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, dan Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari. Yaitu sebagai beikut:
Muhammad Arsyad Al Banjari
Abdullah
Abu Bakar
Sultan Abdurrasyid Mindanao
Abdullah
Abu Bakar Al Hindi
Ahmad Ash Shalaibiyyah
Husein
Abdullah
Syaikh
Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus)
Abu Bakar As Sakran
Abdurrahman As Saqaf
Muhammad Maula Dawilah
Ali Maula Ad Dark
Alwi Al Ghoyyur
Muhammad Al Faqih Muqaddam
Ali Faqih Nuruddin
Muhammad Shahib Mirbath
Ali Khaliqul Qassam
Alwi
Muhammad Maula Shama’ah
Alawi Abi Sadah
Ubaidillah
Imam Ahmad Al Muhajir
Imam Isa Ar Rumi
Al Imam Muhammad An Naqib
Al Imam Ali Uraidhy
Al Imam Ja’far As Shadiq
Al Imam Muhammad Al Baqir
Al Imam Ali Zainal Abidin
Al Imam Sayyidina Husein
Al Imam Amirul Mu’minin Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra
Rasulullah SAW[1]
Kedua, terdapat pada kitab yang dikarang oleh seseorang tanpa nama dengan judul Silsilah Siti Fatimah, sebagai berikut:
Muhammad Arsyad Al Banjari
Abdullah
Abu Bakar
Abdurrasyid
Abdullah al-Idrus al-Magribi
Abu Bakar al-Hindi
Ahmad
Husin
Abdullah
Syaikh
Abdullah Al-Idrus
Abu Bakar as-Sakrani
Abdurrahman as-Saqafi
Maulana Ad-Duwailah
Ali
Alwi
al-Faqih al-Muqaddam Muhammad
Ali Khala Qasim
Alwi
Muhammad
Alwi
Abdullah
Ahmad al-Muhajir lillah
Isa an-Naqib
Muhammad an-Naqib
Ali al-Arid
Ja’far as-Sadiq
Muhammad al-Baqir
Ali Zainal Abidin
Sayyidina Husin
Sayyidina Ali dan Sayyidina Fatimah az-Zahra
Sayyidina Muhammad SAW.[2]
Kedua versi silsilah/nasab diatas sama saja, hanya saja pada silsilah kedua ada yang terlewatkan dan saya tidak tahu apakah itu kesalahan M. Rusydi yang menyalin atau memang dari kitab Silsilah Siti Fatimah-nya. Pada catatan nasab yang kedua tidak ada Ali Faqih Nuruddin dan Muhammad Shahib Mirbath yang pada nasab pertama berada di nomor 18 dan 19.
Perbedaan lainnya terdapat pada penulisan nama. Ada dua nama yang berbeda namun orang tua (bin)nya sama, yaitu Ubaidillah Bin Ahmad Al Muhajir dan Isa Arrumi Bin Muhammad Annaqib
Pada catatan nasab pertama tertulis Ubaidillah (nomor 24) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Abdullah (nomor 22)
Pada catatan nasab pertama tertulis Isa Arrumi (nomor 26) sementara pada catatan nasab yang kedua tertulis Isa an-Naqib (nomor 24)
Saya tidak bisa mengetahui secara pasti apakah kedua nama itu orang yang sama, hanya kekeliruan penulisan saja atau memang orang yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan pada catatan nasab tersebut mungkin hanya kesalahan penyalinan saja, yang jelas kedua nasab tersebut membenarkan bahwa Muhammad Arsyad Al Banjari adalah seorang keturunan Rasulullah, yang secara otomatis menyatakan bahwa yang mulia Guru Sekumpul juga seorang habib ber fam Al-Idrus (Al-Aydrus).
Lalu mengapa Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari tidak menyertakan fam Al-Idrus (Al-Aydrus) dibelakang nama beliau?. Keterangan yang saya dengar langsung dari Guru Sekumpul dalam pengajian beliau, bahwa penyembunyian Nasab itu bertujuan untuk menghindari penjajah Belanda yang katanya pada waktu itu mengincar setiap orang yang didirinya mengalir darah Rasulullah.
sumber dukumen bacaan
[1] (1). Syajaratul Arsyadiyah, Mathba’ah Ahmadiyah Singapura,
oleh Abd Rahman Shiddiq (Tuan Guru Sapat, Mufti Kesultanan Indragiri) Cetakan I. Tahun 1356 H. (2). Syeikh Muhammad Arsyad Al Banjari Pengarang Sabilal Muhtadin, oleh Abdullah Hj W. Moh. Shagir, Khazanah Fathaniyah, Kuala Lumpur, Tahun 1990. (3). Maulana Syeik Muhammad Arsyad Al Banjari, oleh Abu Daudi, Dalam Pagar, Martapura. Cetakan Tahun 1980, 1996, dan 2003. — Saya tidak membaca langsung dari ketiga kitab tersebut, hanya menyalin dari Wikipedia —
[2] Tanpa Nama, Silsilah Siti Fatimah (Salatiga: tanpa penerbit, 1992) 1. Dalam “THE INFLUENCE OF MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI ON THE RELIGIOSITY OF BANJARESE SOCIETY” oleh M. Rusydi (Alumni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
sumber :putra blog martapura
Info!
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: SIAPA BILANG alm. ABAH GURU SEKUMPUL BUKAN HABIB....?, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait
Dukung kami dengan memilih salah satu metode donasi di bawah ini: