Rukun Iman Keempat: Iman Kepada Rasul-Rasul Allah SWT |
Iman kepada Rosul Alloh SWT adalah rukun iman keempat dalam Islam yang berarti meyakini bahwa para rosul adalah utusan Alloh SWT.
Dalil Iman kepada Alloh
Dalil-dalil yang menjelaskan iman kepada Rosul Alloh SWT, di antaranya:
- Surat Al-An'am ayat 48 yang berbunyi,
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۚ فَمَنْ اٰمَنَ وَاَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٤٨
Wa maa nursilul mursaliina illaa mubasy syiriina wa mundziriin, fa man aamana wa ashlaha fa laa khoufun ngalaihim wa laa hum yahzanuun.
Tidaklah Kami utus para rosul melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Siapa beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. (QS. Al-An'am: 48)
- Surat An-Nisa ayat 136 yang berbunyi,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا ١٣٦
Yaa ayyuhal ladziina aamanuu aaminuu billaahi wa rosuulihii wal kitaabil ladzii nazzala ngalaa rosuulihii wal kitaabil ladzii angzala ming qobl, wa may yakfur billaahi wa malaa-ikatihii wa kutubihii wa rusulihii wal yaumil aakhiri fa qod dlolla dlolaalam bangiidaa.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Alloh, Rosul-Nya (Nabi Muhammad), Kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, dan kitab yang Dia turunkan sebelumnya. Siapa yang kufur kepada Alloh, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari Akhir sungguh dia telah tersesat sangat jauh. (QS. An-Nisa: 136)
- Surat Ar-Ra'd ayat 38 yang berbunyi,
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ وَجَعَلْنَا لَهُمْ اَزْوَاجًا وَّذُرِّيَّةًۗ وَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِۗ لِكُلِّ اَجَلٍ كِتَابٌ ٣٨
Wa laqod arsalnaa rusulam ming qoblika wa jangalnaa lahum azwaajaw wa dzurriyyah, wa maa kaana lirosuulin ay ya'tiya bi-aayatin illaa bi-idznillaah, likulli ajaling kitaab.
Sungguh Kami benar-benar telah mengutus para rasul sebelum engkau (Nabi Muhammad) dan Kami berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak mungkin bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Alloh. Untuk setiap masa ada ketentuannya. (QS. Ar-Ra'd: 38)
Sebagai perwujudan iman kepada Rosul Alloh SWT, umat Islam wajib menerima ajaran yang dibawa para rosul. Beberapa cara beriman kepada Rosul Allah SWT, di antaranya: Mempercayai bahwa para rosul adalah utusan Alloh SWT, Meneladani sifat-sifat para rosul, Berdoa seperti para rosul.
Pengertian Iman Kepada Rasul Allah
Iman Kepada Rosul Alloh yaitu mengimani para rasul, manusia yang diberi wahyu berupa syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya. Yang pertama adalah Nabi Nuh dan yang terakhirnya adalah Nabi Muhammad. Allah berfirman,
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِن بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأَسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُودَ زَبُوراً
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma’il, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. An Nisa: 163).
Iman kepada para rasul mencakup empat hal:
- Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah.
- Mengimani nama-nama mereka yang diketahui seperti Muhammad, Nuh, Ibrahim, dan lainnya. Adapun yang tidak diketahui namanya kita imani secara global.
- Membenarkan khabar yang benar dari mereka.
- Mengamalkan syariat rasul yang diutus kepada kita, yaitu nabi yang terakhir, Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam, yang diutus untuk seluruh manusia.
Allah SWT berfirman,
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجاً مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيماً
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (an Nisa: 65)