Pengertian dan Dalil Iman Kepada Alloh SWT

Rukun Iman Pertama : Iman Kepada Allah SWT
Rukun Iman Pertama : Iman Kepada Allah SWT

Pengertian Iman Kepada Allah

Iman kepada Allah meliputi empat hal: wujudiyah, rububiyah, uluhiyah dan asma wa sifat.

Mengimani Wujudiyah (Keberadaan) Allah

Tentang keberandaan Allah maka hal tersebut ditunjukkan banyak dalil, baik secara fitrah, akal, nash (syar’i), maupun dalil-dalil dari panca indra.

1. Dalil Fitrah

Secara fitrah semua makhluq termasuk manusia meyakini adanya penciptanya tanpa harus berfikir maupun belajar sebelumnya. Fitrah ini tidak akan menyimpang jika tidak ada yang merubah atau mempengaruhinya. Sebagaiman sabda rasulullah, “Tidaklah setiap bayi yang lahir kecuali dilahirkan diatas fitrah, maka orang tuanyalah yang membuatnya menjadi yahudi, nashrani maupun majusi” [HR Bukhari].

2. Dalil Akal

Bahwasanya seluruh makhluq yang ada di alam semesta ini pasti ada yang sang penciptanya. Tidak mungkin makhluq tersebut menciptakan dirinya sendiri atau tiba-tiba ada dengan sendirinya, sehingga Allah berfirman,
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?” (ath Thuur: 35)

Suatu hal yang menarik berkaitan dengan apa yang disampaikan oleh sahabat Jubair –pada waktu itu ia masih kafir- saat mendengar rasulullah membaca ayat ini, dia mengatakan, “Seakan-akan hatiku mau terbang, dan itulah saat keimanan mulia bersemayam dalam hatiku” [Diriwayatkan Bukhari].

3. Dalil Nash (Syar’i)

Kitab-kitab samawi (yang diturunkan Allah dari langit) semuanya menjelaskan tentang keberadaan Allah. Hal ini kiranya tidak perlu diragukan lagi.

4. Dalil Panca Indra

Salah satunya, yaitu dikabulkannya do’a. Hal ini menunjukkan adanya Dzat yang Maha mendengar dan mengabulkan permintaan orang-orang yang berdo’a. Sebagaimana kisah tentang seorang Arab badui yang mendatangi Nabi saat berkhutbah, meminta agar Allah menurunkan hujan, maka Nabi pun berdo’a dan Allah pun menurunkan hujan. Hal tersebut disaksikan manusia pada waktu itu. Mu’jizat para nabi yang disaksikan oleh manusia di zamannya juga menunjukkan akan adanya Allah. Seperti mu’jizat nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya, nabi ‘Isa yang mampu menghidupkan orang yang sudah mati, dan juga nabi-nabi yang lainnya. Lihatlah saat orang-orang Quraish meminta nabi Muhammad bukti (bahwa ia seorang nabi), lalu nabi Muhammad pun mengisyaratkan kepada bulan dan terbelahlah bulan dan manusia di waktu itu menyaksikannya, sebagaimana firman Allah,
اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانشَقَّ الْقَمَرُ
“Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan” (QS Al Qomar: 1)

Mengimani Rububiyah Allah

Yaitu meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Tuhan, tidak ada sekutu bagiNya. Yang dimaksud dengan Tuhan, yaitu Dzat yang menciptakan, memiliki, mengatur, dan memerintahkan alam semesta.
أَلاَ لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ تَبَارَكَ اللّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al A’raaf: 54)

Tidak ada satu makhluq pun yang menginkari kerububiyahan Allah subhana wa ta’ala kecuali orang-orang yang sombong, yang lisannya mengingkari padahal hatinya meyakini, semisal Fir’aun dan semisalnya. Allah befirman,
وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنفُسُهُمْ ظُلْماً وَعُلُوّاً
“Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS An Naml: 14)

Mengimani keuluhiyahan Allah

Yaitu menyakini bahwasannya hanya Dia saja satu-satunya sesembahan yang berhak disembah dan tidak ada sekutu baginya. Allah berfirman,
وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Tuhan yang engkau sembah adalah sesembahan yang Maha Esa, tidak ada sesembahan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS al Baqarah: 163)

Asma’ wa Sifat

Yaitu menetapkan nama atau sifat yang telah Allah tetapkan bagi diriNya dalam kitabNya atau dalam sunnah rasulNya sesuai apa yang disampaikan tanpa melakukan tahrif (menyimpangkan makna), ta’thil (menolak), takyif (membagaimanakan), dan tanpa tamtsil (menyerupakan dengan makhluq). Allah berfirman,
وَلِلّهِ الأَسْمَاء الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُواْ الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَآئِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna , maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya . Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS al A’raaf: 180)
Allah juga berfirman,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS asy Syuura: 11)

Baca juga :
  1. Iman kepada Malaikat Allah
  2. Iman kepada Kitab Allah
  3. Iman kepada Rasul Allah
  4. Iman Kepada Hari Qiyamat
  5. Iman kepada Takdir
Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Pengertian dan Dalil Iman Kepada Alloh SWT, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

House Shine
Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesama…

Posting Komentar