Nabi Ya'qub as (sekitar 1837-1690 SM) merupakan cucu dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam, salah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Syam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1750 SM, Dari beberapa orang istrinya Ya'qub memiliki dua belas putra dan dua orang putri. Kedua belas putranya yakni Rubin, Syam'un, Lawway, Yahuda, Zabulaon, Yasakir, Dann, Gad, Asyar, Naftali, Yusuf, dan Bunyamin. Sedangkan kedua putrinya adalah Dinah dan Yathirah kembaran Benyamin.
Kelahiran Nabi Ya'qub 'alaihis salam
Kelahiran Ya’qub telah disampaikan oleh para tamu Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang terdiri dari beberapa malaikat dari istrinya Sarah. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir puteranya) Ya’qub. “ (QS. Huud: 71)
Kisah Ya'qub dengan saudaranya
Nabi Ya'qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim, sedang ibunya adalah anak saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A'zar. Ishaq mempunyai anak kembar, satu Ya'qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam dengki dan iri hati terhadap Ya'qub saudara kembarnya yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah diketahui oleh Ishu bahwa Ya'qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya'qub memperoleh berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.
Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki dan iri hati, bahkan ia selalu diancam. Maka, datanglah Yakub kepada ayahnya mengadukan sikap permusuhan itu. Melihat keadaan kedua anaknya tersebut nabi Ishaq memberi petunjuk kepada ya'qub agar pergi berhijrah ke Fadan A'raam di daerah Iraq, yakni bapak saudaranya yaitu saudara ibunya, Laban bin Batu'il. Ishaq mengatakan bahwa Ya'qub dapat mengharap dinikahkan kepada salah seorang puterinya. Dengan mengikuti pesan ayahnya tersebut maka Ya'qub berharap akan dapat bertemu dengan bapak saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari pihak ibunya. Segera Ya'qub mengikuti saran dari ayahnya tersebut.
Ya'qub tiba di Iraq
Nabi Ya’qub menerima wahyu dari Allah - Dalam perjalanan menuju ke Fadan A'raam, Ia berjalan pada malam hari dan beristirahat pada siang harinya. Dalam perjalanan hijrah itu, beliau tertidur di atas sebuah batu, kemudian bermimpi. Dalam mimpi itu Nabi Ya’qub as menerima wahyu dari Allah yang berbunyi “Aku Allah, tiada Tuhan melainkan aku. Aku Tuhan engkau dan Tuhan bapak engkau. Aku telah mewariskan bumi yang suci (Baitul Maqdis) untukmu dan keturunanmu, dan aku memberi berkat padanya dan aku berikan engkau kitab dan pelajaran serta hikmah dan keNabian”
Singkat cerita tibalah Ya'qub di depan pintu gerbang kota Fadan A'ram setelah berhari-hari menempuh perjalanan. Sesampainya disalah satu persimpangan jalan, dia berhenti sebentar bertanya salah seorang penduduk untuk menanyakan di mana letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya yang kenamaan pemilik dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera menunjuk ke arah seorang gadis yang sedang menggembala kambing seraya berkata kepada Ya'qub: "Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan Laban, Rahel, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya".
Ya'qubpun menjelaskan kepada gadis tersebut tentang tujuannya yang hendak menemui ayahnya, Laban, dan untuk menyampaikan pesanan (Ishaq). Maka, dengan senang hati, Rahel (anak gadis Laban) mempersilakan Ya'qub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya ,Laban, iaitu bapa saudara Ya'qub.
Setelah berjumpa, betapa senangnya Laban dapat bertemu dengan Ya'qub, selanjutnya Ya'qub tinggal dirumah Laban.
Setelah selang beberapa waktu tinggal di rumah Laban, Ya'qub menyampaikan pesanan ayahnya (Ishaq), agar Ishaq dan Laban menjadi besan, dengan menikahkannya kepada salah seorang dari puteri-puterinya. Pesanan tersebut di terima oleh Laban, dia bersetuju akan menikahkan Ya'qub dengan salah seorang puterinya, Sebagai mas kawin, Ya'qub harus memberikan tenaga kerjanya di dalam perusahaan penternakan bakal mentuanya selama tujuh tahun. Ya'qub setuju dengan syarat-syarat yang dikemukakan oleh Laban. Bekerjalah Ya'qub sebagai seorang pengurus perusahaan peternakan terbesar di kota Fadan A'raam itu.
Ya'qub Menikah
Dalam perjalanan menuju rumah pamannya di Faddan Aram, Ya'qub tertidur sejenak melepas lelah. Pada saat itulah ia menerima wahyu dari Allah Swt. melalui mimpinya. Dalam mimpinya itu diwahyukan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah, kecuali Allah; dan Allah mewariskan Baitul Makdis, kehidupan yang bahagia, dan kerajaan besar untuk Ya'qub serta keturunannya.
Tujuh tahun telah dilalui oleh Ya'qub sebagai pekerja dalam perusahaan penternakan Laban. Ya'qub menagih janji bapa saudaranya, untuk dijadikan sebagai anak menantunya. Laban menawarkan kepada Ya'akub, agar menyunting puterinya yang bernama Layya sebagai isteri. Ya'qub hanya ingin Rahel adik Laiya. Ya'qub menyatakan untuk menikah dengan Rahel, bukan Layya. Laban mengerti keinginan Ya'akub, namun keinginan Ya'qub itu ditolak karena menurut kakak harus dinikahkan lebih dahulu dari adiknya. Laban yang tidak mau mengecewakan hati Ya'qub, lalu memberi pendapat, agar menerima Layya sebagai isteri pertama. Untuk menikahi Rahel, syarat yang sama juga diberi kepada Ya'qub, sebelum Ya'qub dapat memiliki Rahel.
Begitu masa tujuh tahun kedua berakhir dinikahkanlah Ya'qub dengan Rahel. Dengan demikian Nabi Ya'qub beristerikan dua wanita bersaudara, kakak dan adik, Pada saat itu hukum menikahi dua gadis sekandung diperbolehkan, tidak melanggar adat ataupun hukum agama.
Kepada masing-masing puterinya, Laban memberikan seorang budak perempuan. Kepada Layya ia memberikan budak perempuan bernama Zulfa, dan kepada Rahel ia memberikan budak perempuan bernama Balhah. Leah dan Rahel kemudian memberikan sahaya mereka untuk diperistri pula oleh Ya'qub, sehingga istri Ya'qub menjadi 4 orang.
1. Lea (Li'ah/ Lay'ah/Elia): Rubin, Syam'un, Lawway, Yahuda, Yasakir, Zebulaon, Dina.
2. Rahel (Rachel): Yusuf, Bunyamin, Yathirah.
3. Bilha (Balhah, Bilahah): Dann, Naftali.
4. Zilpa (Zulfa, Zilfah): Jaad (Gad), Asyir (Asyer, Asher).
Dari istrinya yang bernama Layya mempunyai anak yang bernama Lawway, Lawway mempunyai anak 3 orang yaitu Jarsun, Quhas, dan Marun. Quhas mempunyai anak Imran dan Yashar. Imran mempunyai anak Maryam, Harun, dan Musa, sedangkan Yashar mempunyai Qarun, Nafiq dan Dzihun.
Wasiat sebelum wafat
Pada usia yang telah lanjut, Nabi Ya’qub mengikuti puteranya di Mesir yang yang juga seorang Nabi, yaitu Nabi Yusuf yang menjadi pembesar di Negerinya. Nabi Ya’qub tinggal di mesir dan menurunkan banyak keturunan di mesir. Dari sinilah asal muasal bangsa israil tersesar di Negeri Mesir yang kemudian dibebaskan oleh Nabi Musa as dari penjajahan Fir’aun. Nabi Ya’qub meninggal dunia atau wafat pada usia 147 tahun di negeri Mesir.
Dalam kitab suci Al Qur’an telah dinyatakan bahwa Nabi Ya’qub as telah memberikan wasiat kepada putera-puteranya, setelah beliau mendekati ajalnya.
Setelah berlalu waktu yang cukup lama, Nabi Ya’qub ‘alaihissalam pun sakit, ia kumpulkan anak-anaknya dan berpesan kepada mereka agar tetap beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala, demikian juga tetap beriman dan beramal saleh. Allah Ta’ala berfirman:
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Mahaesa dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 133)
Nabi Yaq'ub 'Alaihis Salam adalah Ayah teladan
Nabi Ya’qub adalah seorang ayah yang patut dijadikan teladan, dimana beliau mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik, memberikan nasihat kepada mereka dan menyelesaikan masalah mereka. Namun selanjutnya, saudara-saudara Yusuf dihasut oleh setan untuk berlaku jahat kepada Yusuf ketika mereka mengetahui perhatian ayahnya kepada Yusuf. Sampai-sampai mereka hendak membunuh Yusuf, namun kemudian sebagian mereka mengusulkan untuk melempar Yusuf ke sumur yang jauh agar dibawa oleh kafilah yang lewat dan menjadi budak mereka. Ketika Yusuf tidak kunjung pulang, maka Nabi Ya’qub bersedih dengan kesedihan yang dalam karena berpisah dengan puteranya, bahkan ia sampai menderita buta karena rasa sedih yang begitu dalam. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’ala menjadikannya dapat melihat kembali.
Info!
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Biografi dan Kisah Nabi Ya'qub as - Allah mewariskan Baitul Makdis, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait
Dukung kami dengan memilih salah satu metode donasi di bawah ini: