Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab (Arab: سالم بن عبد الله بن عمر بن الخطاب, (w. 106 H/724 M) adalah seorang ulama ahli fiqih dan periwayat hadits ternama dari golongan tabi'in, yang menetap di kota Madinah. Ayahnya adalah Abdullah bin Umar, kakeknya adalah Khalifah Umar bin Khattab, sedangkan ibunya adalah salah seorang putri Kaisar Yazdegerd III dari Sassania-Persia. Ia juga berkerabat dengan Khalifah Umar bin Abdul-Aziz melalui jalur ayahnya, serta dengan Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar dan Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dari jalur ibunya.
Kisahnya dimulai ketika di zaman khilafah al-Faruq Umar bin Khathab kota Madinah melimpah ruah dengan hasil ghanimah yang didapatkan kaum muslimin dari harta Kaisar Persia terakhir, Yazdajurd. Ada mahkota-mahkota yang bertabur permata, selendang yang tersusun dari mutiara, juga pedang-pedang emas bertatahkan permata dan marjan yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Selain barang-barang berharga tersebut, ada pula serombongan tawanan yang amat banyak. Di antara yang menjadi tawanan tersebut adalah tiga putri sang Kaisar.
Atas inisiatif Ali bin Abi Thalib, harga tebusan ketiga putri itu dipasang setinggi mungkin, lalu mereka diberi kebebasan memilih di antara pemuda Islam yang akan menebusnya. Putri pertama memilih Muhammad bin Abi Bakar yang kemudian melahirkan seorang tokoh faqih Madinah, Qasim bin Muhammad. Putri kedua memilih Abdullah bin Umar bin Khathab yang melahirkan putra bernama Salim yang sangat mirip dengan kakeknya, Umar bin Khathab. Sedangkan putri yang ketiga memilih Husein bin Ali bin Abi Thalib, yang akhirnya melahirkan Zainul Abidin. Dari Putri Kaisar Yazdegerd III Sassania-Persia yang memilih Abdullah bin Umar bin Khathab inilah, Salim lahir yang sangat mirip dengan kakeknya Umar bin Khathab.
Salim banyak meriwayatkan hadits dari ayahnya sendiri serta dari kakeknya, selain juga dari para sahabat Nabi lainnya. Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab, cucu dari Umar bin Khattab, lahir di Madinah. Beliau dibesarkan di bawah asuhan ayahandanya yang zuhud, shawwam–qawwam (ahli shiyam dan ahli shalat malam), yang memiliki tabiat dan akhlak Umar. Sejak awal sang ayah sudah melihat tanda-tanda ketaqwaan dan hidayah Allah pada diri Salim. Tercermin pada akhlak islami yang kokoh di atas Alquran melebihi saudara-saudaranya yang lain. Tak heran jika ayahnya menyayangi beliau dengan tulus, hingga anak yang lain cemburu kepadanya. Dada Salim dipenuhi dengan hadis-hadis Rasulullah, mendalami tentang agama Allah, diajari tentang tafsir dan selanjutnya dibina di tanah suci yang mulia.
Saat itu, Masjid Nabawi masih padat dengan hadirnya para sahabat. Tatkala pemuda ini masuk, dijumpainya setiap sudut masjid penuh dengan tokoh sahabat yang sudah kenyang dengan ajaran dan keharuman kata-kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemana saja dia melayangkan pandangan atau memasang telinga, yang ada hanyalah kebaikan. Beruntung sekali Salim mampu memanfaatkan peluang ini. Beliau menghirup ilmu sebanyak mungkin dari tokoh-tokoh sahabat tersebut, di antaranya Abu Yusuf al-Anshari, Abu Hurairah, Abu Rafi, Abu Lubadah, Zaid bin Khathab, di samping ayahandanya sendiri, Abdullah bin Umar. Wajar bila dalam waktu yang tidak terlalu lama, dia sudah dikukuhkan sebagai orang alim, tokoh tabi’in dan salah satu fiqih yang menjadi tempat bertanya bagi kaum muslimin di Madinah tentang agama dan syariat, tentang problem agama dan persoalan dunia.
- Bilal bin Abdullah bin Umar bin Al-Khaththab
Info!
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Salim bin Abdullah - Cucu dari Umar bin Khattab, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait
Dukung kami dengan memilih salah satu metode donasi di bawah ini: