Sosok yang masyhur dengan panggilan Imam Waki’ ini memiliki nama asli Abu Sufyan Waki’ bin Jarrah ar-Ruwassi al-Kufi. Beliau lahir pada tahun 129 Hijiriyah dan wafat pada tahun 197 Hijriyah. Mengenai tahun kelahirannya, para ulama berbeda pendapat. Sebagian mengatakan pada tahun 129 H, dan inilah yang dipegang oleh mayoritas ulama. Sebagian berpendapat pada tahun 128 H. Sebagian lagi mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 119 H. Merupakan sosok imam, al-hafizh dengan hafalan yang sangat kuat, sekaligus ahli hadits yang sangat masyhur dari negeri Irak. Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H sebagai Atba’ Tabi’it Tabi’in atau Setelah para tabi’ut tabi’in.
Imam Waki’ hidup pada masa mulai maraknya pengkodifikasian hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Waki’ telah aktif menimba ilmu dalam usia muda. Dikisahkan, bahwasanya Waki’ telah menekuni ilmu agama kepada Ibnu Juraij sewaktu beliau masih berumur 18 tahun. Imam Waki’ telah mulai mengajarkan ilmu hadits pada usia 30 tahun. Ibrahim al-Harbi berkata, “Waki’ telah menuturkan hadits, sedangkan pada saat itu dia berumur 30 tahun.” Sementara beliau wafat pada usia 68 tahun. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa beliau telah menghabiskan umurnya -selama 30 tahun lebih- untuk mengajarkan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam masa yang cukup panjang itu para penimba ilmu dari berbagai penjuru datang dan berguru kepadanya. Yahya bin Ma’in berkata, “Sesungguhnya rihlah (perjalanan untuk menimba ilmu oleh pelajar dari berbagai negeri) hanya tertuju kepada Waki’ pada masanya.”
Dengan mengenali siapakah murid-muridnya, niscaya kita akan semakin mengenal ketinggian kedudukan ulama besar ini. Diantara murid-murid beliau adalah:
Gurunya sendiri, yaitu Sufyan ats-Tsauri
Abdullah ibnul Mubarak
Ibnu Ma’in -salah satu guru Imam Bukhari-
al-Humaidi -salah satu guru Imam Bukhari-
Abu Bakr Ibnu Abi Syaibah -salah satu guru Imam Bukhari-
Imam Ahmad bin Hanbal -salah satu guru Imam Bukhari-
‘Ali ibnul Madini -salah satu guru Imam Bukhari-
Karena kesungguhan dan ketekunan beliau dalam mengajarkan hadits inilah para ulama menilai beliau termasuk jajaran ahli hadits yang menuturkan hadits dengan penuh ketulusan. Ibnu Ma’in berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat seorang pun yang menuturkan hadits tulus karena Allah selain Waki’. Dan tidaklah aku melihat ada seorang pun yang lebih kuat hafalannya daripada Waki’. Waki’ pada masanya seperti al-Auza’i pada zamannya.” Berikut ini beberapa pujian dari para imam lintas zaman kepada sosok yang wafat dalam perjalanan pulang dari ibadah haji. Beliau menghadap kepada Allah Ta’ala di kota Faid yang terletak di antara Makkah dan Kufah.
Imam Ishaq bin Rawaihah berkata, “Hafalan Imam Waki’ bersifat asli, sedangkan hafalan kita harus diupayakan dengan susah payah.”
Imam Ahmad bin Hanbal yang dijadikan rujukan dalam madzhab Hanbali juga mengakui bahwa Imam Waki’ merupakan pribadi yang zuhud, wara’, dan faqih. “Aku tidak pernah menemukan orang yang lebih mendalam ilmunya dan lebih kuat hafalan haditsnya daripada Imam Waki’. Beliau selalu memperbaiki ilmu dan pemahaman fiqihnya dengan iringan sifat wara’ yang sungguh-sungguh. Pada zamannya, Imam Waki’ adalah imam bagi seluruh umat Islam.”
Berdasarkan penuturan Imam Ahmad, Imam Waki’ pernah ditawari menjadi Wali Kota Kufah oleh Khalifah Harun ar-Rasyid, tapi beliau menolak lantaran sifat wara’ yang dimiliki dan senantiasa dijaga. Pujian lainnya berasal dari Imam Yahya bin Ma’in yang menyamakan Imam Waki’ dengan Imam al-Auza’i. Tuturnya sampaikan pengakuan, “Aku tidak pernah menemukan orang lain yang lebih utama daripada dirinya. Dia senantiasa mendirikan shalat malam dan berpuasa. Dia selalu mengeluarkan fatwa dengan merujuk pendapat Imam Abu Hanifah.” “Imam Waki’ adalah tokoh bagi dua kota besar (rajul al-Mishrain), yaitu Kufah dan Bashrah,” aku Imam Ibnu Mubarak.
Bukan hanya para imam yang memberikan pujian, salah satu murid yang juga ulama besar pengikut majlis Imam Waki’ juga sampaikan kesaksian. Ialah Imam Salm bin Junadah yang tidak pernah absen dalam mengikuti halaqah Imam Waki’ selama tujuh tahun. “Selama itu (tujuh tahun dalam majlis Imam Waki’), saya tidak pernah melihat Imam Waki’ meludah, memungut kerikil, atau duduk sambil menggerak-gerakkan tubuhnya. Saya senantiasa melihatnya duduk menghadap arah kiblat, dan aku tidak pernah sekalipun mendengarnya mengucapkan sumpah atas nama Allah Ta’ala.”
Info!
Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Imam Waki bin Al-Jarrah ar-Ruwassi al-Kufi, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait
Dukung kami dengan memilih salah satu metode donasi di bawah ini: