Khalifah Harun Ar-Rasyid - Masa Keemasan Islam

Khalifah Harun Ar-Rasyid - Masa Keemasan Islam
Khalifah Harun Ar-Rasyid - Masa Keemasan Islam

Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari kekalifahan Abbasiyah dan memerintah antara tahun 786 hingga 803. Ayahnya bernama Muhammad Al-Mahdi, khalifah yang ketiga dan kakaknya, Musa Al-Hadi adalah kalifah yang keempat. Ibunya Jurasyiyah dijuluki Khayzuran berasal dari Yaman.

Meski berasal dari dinasti Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmak dari Persia (Iran). Pada masa mudanya, Harun banyak belajar dari Yahya ibn Khalid Al-Barmak.

Era pemerintahan Harun, yang dilanjutkan oleh Ma'mun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dunia.

Pada masa pemerintahan:
  • Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat. 
  • Membangun kota Baghdad yang terletak di antara sungai eufrat dan tigris dengan bangunan-bangunan megah. 
  • Membangun tempat-tempat peribadatan. 
  • Membangun sarana pendidikan, kesenian, kesehatan, dan perdagangan. 
  • Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian. 
  • Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana. 

Pada masanya Ia memiliki seorang kadi (penasihat kerajaan) yang sangat cerdas yang dikenal dengan nama Abu Nawas menurut cerita rakyat irak ia suka menantang abu nawas dengan hal yang aneh kepada Abu Nawas bahkan di salah satu cerita rakyat ia pernah disuruh memindahkan istananya.
Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Khalifah Harun Ar-Rasyid - Masa Keemasan Islam, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

elzeno
Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesam…

Posting Komentar