Kisah 6 Hari Perang Yarmuk (Bagian 3) - Abu Ubaidah Menebas Leher Gregoriu

Perang Yarmuk (Battle of Hieromyax) diakui oleh sejarawan Barat sebagai perang yang paling gemilang dalam sejarah.
Kisah 6 Hari Perang Yarmuk (Bagian 3)

Peperangan Yarmuk terjadi pada tahun 13 H sebelum penaklukan Damaskus. Perang Yarmuk (Battle of Hieromyax) diakui oleh sejarawan Barat sebagai perang yang paling gemilang dalam sejarah.

Hari keenam

Sinar matahari merekah di ufuk timur saat kedua pasukan telah berhadap-hadapan untuk saling menghancurkan. Bendera tauhid Muslimin berhadapan dengan kibaran bendera kafir Bizantium. Ketika Khalid hampir menggaungkan sinyal penyerangan, tiba-tiba keluar dari pasukan Bizantium seorang komandan pasukan sayap kanannya, Gregorius untuk menantang duel.

Abu Ubaidah berazam untuk menghadapi sendiri sang penantang. Walaupun ia diperingatkan Khalid bahwa Gregorius seorang jagoan perang, Abu Ubaidah sama sekali tidak menyurutkan langkahnya untuk ikut andil dalam berburu syahid. Ia pun maju kemudian mulai saling beradu pedang di atas kuda dengan lawannya. Beberapa menit keduanya saling mengayunkan pedang untuk menebas musuh.

Gregorius mencoba melakukan gerakan tipuan saat mengayunkan pedangnya ke arah Abu Ubaidah, namun ia tidak mengetahui siapa lawannya. Secepat kilat Abu Ubaidah melakukan serangan ke arah leher Gregorius sehingga ia pun terjerembab mati terkapar.

Saat Abu Ubaidah kembali ke barisan Muslimin, Khalid ra. mewujudkan rencananya pada hari penentuan dari Perang Yarmuk dengan memerintahkan serangan umum. Seluruh pasukan Muslimin tumpah ruah menuju barisan Bizantium yang mengambil taktik defensif. Sementara pasukan Muslimin bagian tengah dan sayap kiri menggempur Bizantium seperti biasanya, Khalid keluar bersama kavalerinya dari sayap kanan pimpinan Amru, secepat kilat menghantam sisi kiri Bizantium. Kavaleri Khalid ra. memecah menjadi dua, 1 grup memukul infantri dan 1 grup menyerang kavaleri Bizantium yang berada di belakang infantri Bizantium. Pada saat yang sama Amru bin Ash mengerahkan seluruh kekuatan penuhnya menggempur frontal pasukan kiri Bizantium.

Pasuakan infantri sayap kiri Bizantium di bawah komando Qanateer, terdesak akibat diserang dari dua sisi, infantri Amru bin Ash dari depan dan kavaleri dari sisi kiri. Tanpa batuan kavaleri bizantium yang sibuk dengan serangan kuda Khalid, memaksa infantri Qanateer mundur ke belakang barisan tengah sebelah kiri Bizantium.

Kosongnya sayap kiri Bizantium, memudahkan Amru bin Ash memobilisasi pasukannya menghantam pasukan tengah sebelah kiri Bizantium.

Pasukan yang terdiri dari orang Armenia menjadi tertekan akibat gerusan Amru bin Ash dari sisi kiri, dan Syurahbil dari arah depan. Sementara pasukan kavaleri Bizantium sayap kiri telah lari keluar dari medan pertempuran ke arah utara akibat gempuran Khalid sang Pedang Allah. Selepas mengusir kavaleri di belakang Qanater, Khalid mengarahkan pasukan berkudanya ke kavaleri Bizantium berikutnya. Mahan segera mengatur seluruh kavalerinya dalam satu grup besar untuk mengusir kavaleri Khalid ra.

Pasukan kuda Bizantium yang jumlahnya lebih besar ini akhirnya tercerai berai kemudian lari dari medan pertempuran ke arah utara, termasuk Mahan dan pasukan Jabalah. Maka tinggalah pasukan infantri tanpa bantuan dari pasukan kavaleri. Sebuah kondisi yang sangat gawat mendera pasukan Superpower Bizantium. Saat itu pasukan Armenia yang berada paling kiri, mampu menahan gempuran dua arah dari Syurahbil dan Amru. Ketahanannya teruji kuat.Mahan belum selesai mengkonsolidasikan pasukan kavalerinya, Khalid ra. sudah datang menggempur dari arah depan dan sisinya. Pasukan Khalid lalu mengobrak-abrik barisan kavaleri Mahan. Sehingga pasukan kavaleri Mahan mengalami kekacauan barisan dan formasi. Hari masih pagi, pergumulan antar kedua pasukan makin intensif. Kali ini, pasukan Bizantium sangat tertekan akibat serangan gencar Muslimin. Ada satu yang yang kurang pada hari itu, para mujahidin tidak melihat keberadaan Dhirar, sang petarung tanpa tameng dan baju. Hanya Khalid yang mengetahui dimana posisinya.

Saat kaveleri Bizantium meninggalkan medan tempur, Khalid ra. memutar kavalerinya untuk menyerang pasukan inti infantri Bizantium (Armenia Mahan) dari arah belakang. Armenia dikenal sebagai petarung keras, dan sempat merepotkan Muslimin di hari kedua. Gempuran dua arah Muslimin belum mampu menghancurkannya, namun, saat diserang dari tiga sisi, Khalid dari belakang, Amru bin Ash dari kiri dan Syurahbil dari arah depan, serta tanpa bantuan kavaleri, kekuatan Armenia pun akhirnya patah dan melarikan diri juga ke arah Barat Daya.

Arah barat daya merupakan satu-satunya arah yang tidak dijaga oleh Muslimin, sehingga pasukan Armenia bergerak tanpa gangguan dan sama sekali tidak diburu oleh kavaleri Khalid. Mereka sama sekali tidak mengetahui sesuatu yang menanti mereka di bagian barat medan Yarmuk. Mundurnya pasukan Armenia semakin memudahkan pasukan Muslimin untuk menghancurkan formasi pasukan Bizantium yang tersisa. Mau tidak mau, pasukan sayap kanan dan pasukan tengah bagian kanan Bizantium pun ikut mundur ke arah barat.

Posisi matahari belum melewati tengah hari ketika pasukan Bizantium lari dengan rasa panik, sebagian yang lain mundur teratur dengan rapi. Khalid ra. langsung menggerakkan kavaleri ke arah utara untuk mengepung dan mengisolasi pasukan infantri Bizantium yang lari ke arah barat dimana sungai dengan jurang terjal menanti. Mereka menuju Wadi ar-Raqad, satu-satunya daerah yang bisa dilewati walaupun berbentuk jurang.

Pimpinan pelarian pasukan Bizantium berupaya menyeberangi tepi sungai kering yang terjal. Barisan terdepan berhasil melewati sungai dengan susah payah dan sedang berjuang mendaki tepi sungai sebelah barat. Saat mereka hampir mencapai puncak dengan rasa gembira, mereka melihat barisan Muslimin telah menanti di puncak dengan seorang pimpinan tanpa baju, sang jawara Dhirar, berdiri tegak dengan pedang terhunus.

Malam sebelum pertempuran di hari keenam, Khalid diam-diam menggerakkan 500 kavaleri pimpinan Dhirar menuju Wadi ar-Raqad untuk memblokir pasukan Bizantium yang kemungkinan lari ke arah tersebut. Sebuah rencana dan visi yang tajam dari seorang pemimpin. Terbukti, penempatan Dhirar membuahkan hasil, dimana pasukan Bizantium kehilangan jalan satu- satunya untuk melarikan diri.

Pasukan Romawi ditekan pasukan infantri Muslimin dari arah timur, dan kavaleri Khalid ra. dari arah utara, sebagian pasukan Bizantium masuk ke dalam jurang, sebagian bertempur dan menjadi korban. Pada fase terakhir pertempuran menjelang senja, seluruh pasukan Bizantium bertempur hingga titik darah penghabisan. Pertempuran kembali berkecamuk keras tanpa ada manuver apapun selain pertempuran frontal. Ruang gerak Bizantium semakin sempit karena tekanan Muslimin. Akhirnya, satu per satu pasukan Bizantium tumbang meregang nyawa.

Mimpi buruk mulai menghantui pasukan Bizantium, sehingga mereka kembali terdesak menuju jurang. Aroma kematian berikutnya merebak di sekitar jurang dimana pasukan Bizantium satu per satu masuk ke jurang karena desakan pasukan Muslimin. Akhirnya, ratusan ribu pasukan Superpower Bizantium menyerah pada puluhan ribu pasukan Muslimin yang jauh lebih sedikit jumlahnya. Berakhirlah perang terbesar dan terhebat yang dipimpin sang Pedang Allah, Khalid bin Walid.

Pertempuran usai persis yang diperkirakan oleh sang kaisar, Heraklius, “Ia (Muhammad) akan dapat memiliki tempat kedua kakiku berdiri ini.”

Sehari setelah perang Yarmuk, Khalid ra. menggerakkan mobile guard- nya mengejar sisa-sisa pasukan Bizantium. Mereka ditemukan di dekat Damaskus, Khalid pun menyerang pasukan Romawi yang melarikan diri, termasuk Mahan, Raja Armenia, Jendral tertinggi Bizantium, tewas dalam penyergapan Khalid. Sisa pasukannya terus melarikan diri ke arah utara dan pantai Mediterania di barat. Setelah melanjutkan perjanjian dengan Damaskus, Khalid lantas kembali ke Yarmuk.

Suriah jatuh ke tangan Muslimin, Heraklius dengan rasa sedih meninggalkan Antiokia menuju Konstantinopel, sebuah kota besar dunia yang satu milennium berikutnya pun berhasil ditaklukkan Muslimin.* [selesai]

Penulis Panglima Surga @nugrazee

Referensi; The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed, His Life and Campaigns, I. A. Akram, 1969, Pakistan

Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Kisah 6 Hari Perang Yarmuk (Bagian 3) - Abu Ubaidah Menebas Leher Gregoriu, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

elzeno
Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, yang paling utama seberapa besar kita memberi manfaat kepada sesam…

Posting Komentar