KH. Ibrohim bin KH. Abdul Aziz Jawar |
Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Roudlotuth Tholibin beralamat di Dusun Jawar Desa Blederan Kecamatan Mojotengah, Wonosobo. Pesantren ini berdiri pada 1957, diinisiasi oleh KH. Ibrahim.
Sebelumnya, pemuda Ibrahim menimba ilmu di sejumlah pondok pesantren, antara lain Pesantren Bumirejo (Wonosobo) dan Pesantren Tegalrejo (Magelang).
Sepulang nyantri, Kiai Ibrahim muda bertekad mengembangkan ilmunya dengan merintis sebuah pesantren.
Merintis 2 Pesantren
Maka, pada 1957 mendirikan di Desa Larangan, Kecamatan Garung, Wonosobo dengan nama awal adalah Pondok Pesantren ”Roudlotul Mujahidin”.
Atas dawuh dari sang guru KH Chudori dari Tegalrejo, KH Ibrahim hijrah dan kembali merintis pesantren di Dusun Jawar Desa Blederan Kecamatan Mojotengah, Wonosobo (1972).
Sementara itu, pesantren yang ditinggalkannya di Desa Larangan diserahkan kepengasuhannya kepada putra sulung beliau Kiai Abu Dzarim.
Pada 1973 di Desa Jawar kiai membeli sebidang tanah dan sebagian mendapat wakaf dari ibunya. Lalu dia mendirikan satu gedung pondok berlantai dua.
Di tempat yang baru, Kiai Ibrahim mendirikan bangunan ukuran 20x5 meter dan diberi nama Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin.
Pesantren ini mengalami kemajuan cukup pesat. Sepeninggal KH Ibrahim, pesantren diteruskan oleh menantu beliau Kiai Nur Hidayatullah (1992-1997).
Saat pesantren diasuh oleh putra bungsu Kiai Ibrahim, yakni Kiai Muhammad Nur Yasin Ibrahim.
Pengajian Tarekat
Ayah Kiai Ibrahim, KH Abdul Aziz adalah pengasuh pengajian Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah sejak 1968.
Sanad tarekat beliau peroleh dari KH. Chasbulloh Bumen, Desa Bumirejo, Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo.
Pengajian tarekat digelar setiap Senin dan Kamis, berpusat di Desa Maron Kecamatan Garung. Sepeninggal KH Abdul Aziz, pengajian tarekat diteruskan oleh Kiai Ibrahim hingga tahun 1991.
Saat ini, pengajian tarekat diteruskan oleh KH. Muhammad Nur Yasin bin KH. Ibrohim yang juga menjadi pengasuh Pondok Pesantren Roudlotuth Tholibin Jawar Kecamatan Mojotengah meneruskan perjuangan ayahnya.
Wasiat KH. Ibrohim
Semasa hidupnya, ada beberapa wasiat yang disampaikan Almaghfurlah KH. Ibrahim kepada sang putra, KH. Muhammad Nur Yasin. Salah satu di antaranya adalah komitmen untuk mulang ngaji.
"Mulang ngaji kuwi ora kudu ngenteni santrimu akeh; senajan mung siji tetep kudu diwulang."
KH. Ibrohim bin KH. Abdul Aziz
Yeng memiliki arti: "Mengajar itu tidak harus menunggu santrimu banyak, meskipun hanya ada satu santri harus tetap kamu ajar," pesan KH. Ibrohim, seperti dituturkan kembali oleh KH. Muhammad Nur Yasin.